29 Maret 2012

PETA WISATA KABUPATEN SLEMAN


KLIK GAMBAR UNTUK MEMPERBESAR

21 Februari 2012

Dodol Salak Asal Turi Rambah Bali



HARIAN JOGJA 21 FEBRUARI 2012

*silahkan di KLIK BERITA untuk memperbesar

28 Desember 2011

Slide foto Pemuda Kembangarum



25 Desember 2011

Kumpul2 menghabiskan malam pergantian tahun

tempat di nDalem e mas Ryan bkp..(nJero)

nnton pilem, mbakar2 (nek ono sing dibakar), games.. sambil mnunggu detik2 pergantian tahun baru 2012, so bagi tman2 yang bingung ga ada acara gabung saja.. kontribusi Rp5 ewu..

Pembayaran paling lambat hari Kamis tanggal 29 Desember ditempat BOWO

24 Desember 2011

Bahasa Indonesia: 300 Juta Pengguna di Dunia

Seorang warga Indonesia yang tinggal di negara asing sedang berada di suatu acara dalam siaran televisi mancanegara dengan menggunakan bahasa Indonesia. Apa yang ada di benak kita? Bangga, senang, atau biasa-biasa saja? Bagi orang Indonesia yang sangat cinta dengan Indonesia, khususnya Bahasa Indonesia, hal tersebut tentunya sangat membanggakan. Bagaimana tidak, bahasa Ibu kita telah menggema hingga ke negeri orang.

Orang yang tinggal dan menetap di negara lain secara tidak langsung perbendaharaan kata bahasa internasional mereka bertambah dan secara langsung memperlancar komunikasi seseorang dengan masyarakat di negara tersebut. Hal tersebut tentunya membantu segala aktivitas dan kerja dari seseorang yang merupakan tamu atau imigran di suatu negara sehingga ia dapat hidup dan bertahan di negara tersebut. Begitu juga dengan warga asing yang ingin tinggal dan menetap di Indonesia, harus dapat menguasai bahasa Indonesia di samping menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.

Akan tetapi, mengapa justru lebih banyak warga Indonesia yang senang atau merasa sangat eksklusif jika menggunakan bahasa asing seperti bahasa Inggris (apalagi English British Style), Prancis, Latin, Mandarin, Jepang, bahkan Korea. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan, terlebih khusus yang senang dengan bahasa-bahasa yang telah disebutkan adalah para generasi muda. Para pemimpin juga acap kali jarang tidak menggunakan bahasa Inggris dalam setiap pertemuan, padahal yang hadir hanyalah para eksekutif-eksekutif nasional yang bekerja di wilayah Indonesia saja. Sangat ironis memang dengan keadaan masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan ataupun masyarakat yang berada di pedalaman-pedalaman wilayah Indonesia, di mana ketika kita dengan obsesi yang tinggi ingin menguasai banyak bahasa asing, mereka justru dengan susah payah ingin menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar agar dapat berkomunikasi dengan masyarakat lain. Pendek kata, Bahasa kita sepertinya kalah populer dengan bahasa asing lainnya.

Namun, apakah hal ini juga berlaku di negara lain? Apakah bahasa Indonesia juga mengalami hal yang sama dalam konteks internasional? Benarkah bahwa penggunaan bahasa Indonesia boleh dikatakan kalah populer di negeri sendiri dibanding dengan bahasa asing? Sebenarnya, justru sangat berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia sendiri. Beberapa lembaga bahasa di Amerika Serikat dan Inggris justru merencanakan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional ke-3 setelah bahasa Inggris dan bahasa Mandarin.

Bahasa Indonesia kini mulai dipelajari secara mendalam oleh lebih dari 50 negara di dunia. Negara-negara tersebut di antaranya adalah Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Spanyol, Belanda, Portugal, Australia, Vietnam, Jepang, dan banyak negara lainnya yang kebanyakan pernah memiliki dan akan merajut benang merah dan dengan Indonesia. Seperti halnya dengan negara tetangga jauh kita, Australia. Mungkin karena banyaknya pemuda-pemudi Indonesia yang belajar ataupun pengusaha-pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di sana sehingga Bahasa Indonesia menempati peringkat keempat bahasa yang paling populer digunakan oleh warga Australia dan warga asing lainnya termasuk warga negara Indonesia. Di Australia, sekitar 500 sekolah, khususnya di wilayah-wilayah yang banyak ditempati oleh warga negara Indonesia, dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas telah menetapkan bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran dalam kurikulum mereka. Hal ini tentu saja sangat mengejutkan bagi beberapa orang atau mungkin banyak orang, mengingat hal ini sudah terjadi sejak tahun 2007 dan masih berlanjut sampai sekarang.

Pemerintah Vietnam juga telah meresmikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar Kedua setelah bahasa nasional mereka di Ibukota Ho Chi Minh, Vietnam pada bulan Desember 2007. Pihak pemerintah mengatakan bahwa Bahasa Indonesia disejajarkan dengan Bahasa Inggris, Prancis, dan Jepang sebagai bahasa yang diprioritaskan di kota tersebut. Konsul Jendral RI untuk Vietnam tahun 2007-2008, Irdamis Ahmad mengatakan satu hal yang membuat bahasa Indonesia begitu diminati oleh bangsa Vietnam antara lain karena kemungkinan akan hubungan bilateral antar kedua negara yang diprediksi akan sangat menguntungkan kedua pihak di masa depan. Di Amerika Serikat, negara yang dikenal sebagai negara Adi Kuasa, para pendidik mulai mengajarkan Bahasa Indonesia dalam kurikulum pendidikan yang mereka buat. Hal tersebut dilakukan karena mengingat hubungan Indonesia dan Amerika Serikat baik dari segi ekonomi maupun pendidikan sudah sangat meningkat. Juga ada beberapa rumor yang mengatakan karena Presiden Amerika Serikat Barrack Obama pernah bersekolah di Indonesia, dan juga karena dalam kunjungan beliau beberapa waktu yang lalu, beliau masih terlihat fasih berbahasa Indonesia, maka warga Amerika Serikat merasa perlu juga untuk mempelajari bahasa Indonesia mengingat beliau sudah lama meninggalkan Indonesia tapi masih fasih berbahasa Indonesia, sehingga mereka mengambil keputusan bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sederhana dan gampang untuk dipelajari.

Lantas, benarkah bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sederhana dan gampang untuk dipelajari? Salah satu sumber dari sebuah forum mengatakan bahwa menurut Lembaga Bahasa di Dunia, dilihat dari segi gramatikal dan kompleksivitasnya bahasa-bahasa yang dianggap paling sulit untuk dipelajari dan digunakan berturut-turut dari yang paling sulit adalah Bahasa Ibrani (Bahasa Kaum Yahudi), bahasa Yunani, bahasa Latin, bahasa Jepang, dan bahasa Korea. Sementara itu, bahasa Indonesia secara mengejutkan menempati peringkat bahasa tersulit ke-15 di dunia. Hal ini disebabkan karena terlalu banyaknya partikel dan pengindahan tata aturan bahasa dalam bahasa Indonesia. Tapi, mengapa bahasa Indonesia justru mulai dipelajari hampir di 50 negara di dunia? Mungkinkah bahasa Indonesia akan mengikuti jejak bahasa Inggris, bahasa Mandarin, bahasa Spanyol, dan bahasa Prancis yang berturut-turut merupakan bahasa internasional pertama, kedua, ketiga dan keempat di dunia?

Bukanlah hal yang mustahil jika bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa internasional dunia atau malah menjadi bahasa peradaban dunia di masa depan, menggantikan bahasa Inggris yang sudah berakar kuat di hampir seluruh negara di dunia. Hal itu terbukti dengan banyaknya negara, hampir 50 negara yang mempelajari bahasa kita. Lebih dari 168 lembaga pendidikan formal maupun nonformal di beberapa negara yang telah memberikan pelajaran bahasa Indonesia kepada para peserta didiknya. Hal ini seharusnya dapat memberikan suatu kebanggaan tersendiri bagi warga Indonesia, mengingat penggunaan suatu bahasa secara global berpotensi menjadi bahasa internasional seperti bahasa Inggris, Mandarin, Spanyol, dan Prancis. Karena itu, dengan jumlah penduduk sekitar kurang lebih 228 juta jiwa (Sensus Penduduk Juli 2010), Indonesia sangat berpotensi mengantarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional di masa depan. Hal tersebut tentunya harus dimulai dari diri kita masing-masing, pribadi lepas pribadi. Menyenangi bahasa Indonesia yang baik dan benar dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu contoh sederhana untuk meningkatkan pamor bahasa Indonesia di mata dunia. Dengan demikian, pengguna bahasa Indonesia di dunia akan semakin banyak dan banyak lagi, dan pada akhirnya akan menjadi bahasa peradaban dunia.

Mungkin judul di atas sedikit keliru tentang pengguna bahasa Indonesia di dunia. Jumlah tersebut hanyalah pengguna bahasa Indonesia yang memang warna negara Indonesia asli baik di Indonesia sendiri maupun yang berada di negara-negara asing. Kalaupun dihitung dengan warga negara asing yang fasih berbahasa Indonesia, mungkin sekitar 1 dari 7 penduduk dunia, atau sekitar 1 milyar penduduk dari sekitar 7 milyar penduduk dunia.

sumber :http://geed71.wordpress.com/2011/02/10/bahasa-indonesia-300-juta-pengguna-di-dunia/

25 November 2011

TANGGAP WARSA 1945 WAWU

PANITIA TANGGAP WARSA TAHUN 1945 WAWU
DESA BUDAYA KEMBANGARUM
Kembangarum Bandaran, Donokerto, Turi,


Kembangarum,26 November 201
No : 04/PTW/1/11
Hal : Oendangan

Katur ingarsanipun :
Bp/Ibu/Sdr
Ing ndalem

Kairing sagunging pakurmatan,
Kanthi andhap-asoring manah Panitiya Tanggap Warsa Tahun 1945 WAWU, angaturi karawuhanipun Bp/Ibu/Sdr warga padukuhan Bandaran mbenjing :

Ari, Surya : Sabtu Pon,26 November 2011
Tabuh : 19.30 WIB – Paripurna
Papan : Bapak Supriharjo
Adicara : Tirakatan Tanggap Warsa


Awit saking kawigatosan tuwin kerawuhanipun, panitia estu ngaturaken agunging panuwun.


20 Oktober 2011

Menelusuri Jejak Erupsi Merapi Satu Tahun Lalu

Setya Krisna Sumargo, Wakil Pemimpin Redaksi Tribun Jogja

TIDAK terasa, hampir satu tahun kita semua telah melewatkan waktu pascaerupsi dahsyat gunung Merapi. Pukul 17.23 WIB, 26 Oktober 2010, gunung di perbatasan DIY-Jateng itu menyemburkan awan panas yang menyambar lereng selatan, menjangkau Kaliadem dan Kinahrejo.

Raden Ngabehi Surakso Hargo, atau lebih dikenal dengan panggilan Mbah Marijan, juru kunci gunung Merapi, ditemukan meninggal dunia di kediamannya. Belasan korban meninggal dan luka- luka lain ditemukan di sekeliling dusun tertinggi di lereng selatan gunung itu.

Letusan 26 Oktober 2010 rupanya jadi awal episode panjang erupsi mengerikan yang nyaris tidak memperlihatkan tanda-tanda khas gunung Merapi. Tidak ada kemunculan titik api diam di puncak dan luncuran lava pijar, seperti letusan-letusan sebelumnya.
Klimaksnya terjadi pada 4-5 November 2010. Getaran gempa dari perut Merapi bisa dirasakan hingga radius 30 kilometer. Pada 5 November 2010 dinihari, gunung berketinggian 2.968 mdpl itu melepaskan hampir semua energi yang disimpannya.

Sebagian dinding dan kubah lava runtuh, awan piroklastik bersuhu ratusan derajat Celcius meluncur ke lereng selatan, masuk alur Kali Gendol, menerjang permukiman di kiri kanan hingga radius hampir 20 kilometer.

Tahun 1872, sejarah mencatat letusan hebat Merapi yang gelegarnya bisa didengar sampai Karawang dan Bawean. Luncuran awan panasnya kala itu mencapai radius 11-12 kilometer dengan arah luncuran ke hulu sungai Apu, Trising, Senowo, Blongkeng, Batang, Woro, dan Gendol.

Awan panas dan material produk letusan itu menghancurkan semua desa-desa yang berada di atas elevasi 1.000 meter. Sementara, letusan 4-5 November 2010 menewaskan setidaknya 88 orang penduduk Argomulyo, yang berjarak sekitar 16 sampai 18 kilometer dari puncak Merapi.

Menyusul situasi itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi
Kementerian ESDM memperluas radius bahaya dari 15 kilometer menjadi 20 kilometer pada 5
November 2010. Wilayah itu harus dikosongkan sejak pukul 01.00 WIB.

Gunung Merapi dengan semua karakteristiknya memberi banyak bekal ilmu dan pengetahuan kepada kita tentang fenomena alam. Erupsi Merapi pada Oktober-November 2010 juga meninggalkan jejak penting untuk bekal mengetahui kejadian-kejadian di masa mendatang.

Letusan yang masuk skala Volcanic Eruption Index (VEI) IV-V itu telah secara signifikan mengubah morfologi puncak, berikut morfologi semua sungai yang berhulu di gunung tersebut. Bukaan kawah sangat lebar, mengarah lurus ke sektor selatan dan tenggara.

Erupsi dan arah luncuran awan prioklastik yang sangat berbahaya, di tahun-tahun mendatang -- bahkan diprediksi hingga 100 tahun yang akan datang-- bisa dipastikan akan mengarah ke sektor tersebut. Momentum satu (1) tahun erupsi dahsyat ini tentu tidak akan kami lewatkan begitu saja.

Bersama-sama Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta dan para pemangku kepentingan wilayah di Klaten, Boyolali, Magelang, serta Sleman, serta Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), kami akan menghelat kegiatan penelusuran bertajuk "Ekspedisi Sabuk Merapi" pada 25-27 Oktober ini.

Kegiatan lapangan akan dilaksanakan serentak di empat titik atau rute di sekeliling gunung Merapi
melibatkan empat tim terdiri perwakilan BPPTK Yogyakarta, Kesbangpol, Balai Besar Serayu
Opak, BPBD, SAR Daerah, TNGM, Dinas Pariwisata, dan tentu saja tim dari Tribun Jogja.

Berbagai aspek sosial, ekonomi, kebudayaan, pariwisata, pendidikan akan coba kami gali di rute Selo, Babadan, Kinahrejo, dan Srunen atau Deles di Klaten. Faktor kesejarahan erupsi Merapi dan mitos perubahan ekstrem peradaban Jawa juga akan kita telusuri.

Tentu saja yang terpenting, kita ingin mengetahui secara langsung dan mendalam, produk dan
dampak letusan Merapi yang telah mengubah secara ekstrem morfologi puncak maupun alur berbagai sungai di bawahnya.

Lebih dari itu, kami pun ingin mengetahui secara dekat jalur masa depan erupsi Merapi di sektor tenggara/timur. Gagasan ini muncul akhir September, dan serangkaian persiapan telah kami lakukan di kantor BPPTK Yogyakarta dan Dinas Pekerjaan Umum DIY sebagai lembaga mitra kami.

Hari ini, Kamis, 20 Oktober 2011, kami akan menggelar pertemuan teknis terakhir, sebelum ekspedisi kami mulai empat hari lagi. Keseluruhan jalannya kegiatan bisa diikuti setiap hari di edisi cetak Harian Pagi Tribun Jogja, website kami di www.tribunjogja.com, dan portal www.tribunnews.com.(*)